![]() |
Subanginfo – Pemerintahan Trump sekali lagi mengguncang lanskap ekonomi global dengan langkah berani dalam kebijakan perdagangan. Putaran baru tarif impor telah diberlakukan terhadap beberapa mitra dagang utama, termasuk Kanada (35%), India (25%), Taiwan (20%), Swiss (39%), dan Afrika Selatan (30%).
Tarif ini dikenakan pada berbagai jenis barang yang masuk ke Amerika Serikat, dan oleh Presiden Donald Trump diklaim sebagai bagian dari strateginya untuk "memulihkan perdagangan yang adil" serta melindungi industri Amerika dari dominasi asing.
Namun, respons internasional jauh dari kata optimis. Pasar keuangan di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat bereaksi tajam. Indeks utama seperti Dow Jones, Nasdaq, dan S&P 500 mengalami penurunan lebih dari 2% hanya dalam satu hari perdagangan.
Gejolak ini semakin parah dengan laporan ketenagakerjaan AS bulan Juli yang mengecewakan, yang menunjukkan hanya 73.000 lapangan kerja baru tercipta—jauh di bawah ekspektasi analis sebesar 150.000. Selain itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4,2%, tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Dampak Global:
Kombinasi antara kebijakan tarif yang agresif dan indikator ekonomi yang melambat telah memicu kekhawatiran di kalangan ekonom global. Banyak yang percaya bahwa ini bisa menjadi awal dari resesi global yang lebih luas. Beberapa mitra dagang AS kini mempertimbangkan untuk memberlakukan tarif balasan, yang bisa memicu perang dagang berkepanjangan. Tekanan pun meningkat terhadap Federal Reserve AS untuk menurunkan suku bunga sebagai langkah pencegahan guna menstabilkan pasar keuangan dan mendorong ketahanan ekonomi.
(Hafidh)