.jpeg)
Subanginfo – Insiden tragis terjadi di Teluk Aden minggu ini, ketika sebuah kapal yang membawa lebih dari 200 migran—sebagian besar berasal dari Ethiopia dan negara-negara Afrika Timur lainnya—terbalik dalam perjalanannya menuju Yaman. Sedikitnya 76 orang telah dipastikan tewas, dan lebih dari 50 orang masih dinyatakan hilang. Para migran ini mencoba mencapai Yaman sebagai titik transit, dengan harapan untuk akhirnya tiba di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi guna mencari peluang kerja dan kondisi hidup yang lebih baik.
Menurut laporan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), kapal tersebut sangat kelebihan muatan dan tidak dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai. Banyak penumpang yang tidak bisa berenang dan tidak memiliki akses ke jaket pelampung ketika kapal dihantam ombak besar. Tim penyelamat, yang terdiri dari nelayan lokal, relawan, dan otoritas Yaman, hanya mampu menyelamatkan sebagian kecil dari penumpang yang ada di kapal tersebut.
Konteks Migrasi Regional:
Koridor migrasi antara Afrika Timur dan Timur Tengah telah lama dikenal sebagai salah satu jalur paling berbahaya di dunia. Meskipun risiko-risiko seperti eksploitasi oleh penyelundup, cuaca ekstrem, dan kurangnya perlindungan hukum telah diketahui secara luas, ribuan migran tetap nekat menempuh perjalanan ini setiap tahunnya karena keterbatasan peluang di negara asal mereka.
Organisasi hak asasi manusia dan lembaga kemanusiaan mendesak komunitas internasional untuk mengatasi akar penyebab migrasi paksa, seperti konflik bersenjata, kemiskinan ekstrem, serta kurangnya akses pendidikan dan lapangan pekerjaan di negara-negara asal. Mereka juga menyerukan peningkatan kerja sama regional guna menjamin keselamatan dan hak-hak para migran rentan yang melintasi jalur berbahaya ini.
(Hafidh)
